Senin, 31 Januari 2011

BUDAYAKAN JANGAN BOHONG


Baru kali ini ada gerakan anti kebohongan yang diprakarsai oleh tokoh lintas agama. Gerakan ini mulai berkembang, bukan karena yang memprakarsai adalah tokoh-tokoh agama melainkan rakyat ini telah menyadari betapa penting dan mahalnya sebuah kejujuran. Gerakan anti kebohongan merupakan sesuatu yang kelihatannya sepele dan sederhana akan tetapi penuh dengan makna. Mudah diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan, tak semudah membalikkan telapak tangan. Negara akan hancur kalau pemimpinnya banyak berbohong. Zaman orde baru oleh para reformis dikatakan bobrok/hancur, itu karena banyak kebohongan. Kebohongan bukan hanya dilakukan oleh atasan akan tetapi secara tidak sadar bawahan pun telah bohong kepada atasan agar dianggap loyal dan berhasil, maka muncullah istilah ABS (asal bapak senang). Pada tingkat keluarga pun demikian, keluarga tidak akan harmonis kalau penuh dengan kebohongan. Suami berbohong kepada istri dan sebaliknya. Anaknya juga ikut-ikutan berbohong.

Sesungguhnya para tokoh agama yang mempunyai niat yang tulus tanpa ada kepentingan politik telah menyadarkan kepada kita semua, terutama para pemimpin negeri ini akan pentingnya kejujuran. Gerakan anti kebohongan merupakan ide yang sangat berilian. Yang menjadi pertanyaan, mengapa baru sekarang ada di Indonesia? Padahal jauh-jauh hari kurang lebih 14 abad yang silam hal ini telah di contohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah riwayat diceritakan, ada seseorang yang kerjanya tiap hari judi, mabuk, zina, dan kejahatan lainnya senantiasa ia lakukan. Datanglah orang tersebut kepada Rasul SAW dengan niat ingin bertaubat. Ia bertanya kepada Rasul, hal apa yang harus ia lakukan jika ingin bertaubat? Rasul menjawab “jangan berbohong”. Cuma itu saja ya Rasul? Tanya orang tersebut lagi. Rasul pun menjawab iya. Maka pergilah orang ini sambil bergumam “rupanya islam gampang benar, mau taubat cuma di larang berbohong doang”. Suatu ketika orang ini hendak melakukan kembali kejahatan yang rutin ia lakukan, tiba-tiba ia teringat pesan Nabi yakni dilarang berbohong. Seandainya aku melakukan kejahatan ini, padahal nanti aku akan bertemu dengan Nabi, bagaimana jawabanku jika Nabi bertanya, apa yang tadi saya lakukan? Kalau aku jawab jujur, aku malu  pada Nabi. Akan tetapi kalau aku berbohong maka aku pun telah melanggar kesepakatan dengan Nabi untuk tidak berbohong. Pikir punya pikir, lalu ia akhirnya mengurungkan niat jahatnya.

Dari kisah tersebut banyak hal yang dapat kita ambil hikmahnya. Salah satunya adalah hanya dengan larangan berbohong, Nabi dapat menghentikan semua kejahatan yang sudah menjadi kebiasaan orang tersebut dengan sendirinya tanpa ada paksaan. Bagi orang yang biasa berbuat kejahatan untuk berkata sesuatu yang jujur adalah suatu pekerjaan yang teramat berat. Karena ia sadar jika berkata jujur maka kejahatannya akan diketahui oleh orang lain. Bagi pemimpin yang tidak berhasil juga terasa berat untuk berkata jujur sebab rakyat akhirnya tahu kelemahannya sehingga secara politik citranya akan jatuh. Dengan sekali berbohong maka akan muncullah kebohongan-kebohongan yang lainnya demi menutupi kebohongan yang satunya. Inilah dampak negatif dari berbohong, demi menutupi kebohongan yang telah lalu ia pun berani berbohong lagi. Akhirnya rantai kebohongan pun terbentuk dan mengakar dalam hidupnya. Oleh karena itu untuk melihat baik buruknya seseorang cukuplah dari seberapa banyak dan terbiasanya ia berbohong. Didiklah dan budayakanlah diri dan keluarga serta negara ini dengan kejujuran maka akan tumbuh generasi yang berkualitas. Wajar jikalau negeri ini penuh dengan kebohongan karena kita terbiasa di didik dengan kebohongan. Di rumah, orang tua terbiasa mengajari bohong secara tidak disadari. Misalnya dengan berkata “cepat tidur, nanti ada hantu” atau kalau ada yang telp tanya mama, bilang mama tidur atau pergi ya! padahal mama lagi nonton TV. Di sekolah pun demikian, guru mengajarkan kepada muridnya yang sedang mengikuti UAN. Kalau ada orang yang tanya kalian tentang ada bantuan tidak saat ujian, bilang aja tidak ada. Padahal sesungguhnya ada, hanya karena ingin menutupi kebohongannya terpaksa muncullah kebohongan yang baru. Jadi kebohongan ini telah membudaya di tengah-tengah kita. Jika kita bisa menyukseskan gerakan anti kebohongan ini, Insya Allah negara ini akan makmur, aman, damai, tenteram. Hal ini telah dibuktikan oleh Rasul dengan negara madaninya. Semoga tiada dusta diantara kita.